15 Mar 2016

Tanamkan Rasa Sosial Dengan Aktivitas Bermain


“Ma, aku mau main layang-layang di lapangan, ya.”
“Main di rumah aja. Di luar panas.”
“Tapi, ma. Aku tadi udah janjian sama teman-teman.”
“Ngga boleh. Kan mama udah beliin gadget sesuai permintaan kamu.”
“Uh.”

Mungkin percakapan di atas pernah terjadi diantara para orang tua. Saat anak ingin bermain bersama teman-teman tetapi orang tua tidak memperbolehkan. Oiya, sekedar mengingatkan, dunia anak adalah bermain. Jadi wajar jika sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bermain. Banyak hal yang anak peroleh saat bermain bersama teman. Melalui bermain bersama, mereka belajar tentang kerjasama, rasa kepedulian, berbagi, sportifitas, dan masih banyak hal positif lainnya.

Permainan ada dua jenis. Permainan tradisional dan permainan modern. Kelereng, layang-layang, petak umpet, gobak sodor, congklak, merupakan beberapa contoh permainan tradisional. Sedangkan permainan modern, misalnya Play Station, gadget, game online. Namun sayangnya, permainan tradisional sudah mulai jarang dimainkan. Permainan tradisional perlahan mulai hilang, terutama di daerah perkotaan. Saat ini permainan anak didominasi oleh permainan modern, yang kebanyakan jenis permainannya dapat dilakukan seorang diri. Padahal permainan tradisional tak kalah seru, lho. Melalui permainan tradisional, anak diajak untuk bermain bersama. Sangat baik bagi perkembangan aspek sosialnya. Jika terlalu sering bermain gadget, kecenderungan dalam diri anak akan terbentuk sikap individual karena jarangnya berinteraksi dengan orang lain (teman sebaya). Ada kemungkinan anak akan mengalami kesulitan bersosialisasi. Jarang mau bekerjasama, kurangnya rasa kepedulian dan tidak mau berbagi.

Selain itu, anak akan malas untuk bergerak. Sepanjang hari hanya asyik bermain gadget. Padahal di usia mereka, masih perlu banyak bergerak. Anak perlu menggerakkan tubuh. Hal ini berguna bagi perkembangan motorik kasarnya. Berlari, mengayuh sepeda, melompat. 

Dalam memilih permainan, orang tua diharapkan agar lebih selektif. Dan juga upayakan untuk membatasi waktu anak dalam menggunakan gadget. Buat perjanjian dengan anak. Misalnya sehari hanya boleh bermain gadget satu jam saja. Sisanya mereka bisa bermain dengan teman-teman di luar rumah. Jangan terlalu sering melarang untuk bermain bersama teman-temannya. Biarkan anak mengeksplorasi dunianya. Namun orang tua tetap harus mengawasi. Tidak boleh juga memberi kebebasan tanpa adanya pengawasan. Yuk, ijinkan anak bermain bersama teman-teman. Karena ada kebahagian tersendiri saat mendengar tawa ceria mereka ^_^   


Oiya, secara ngga sadar saya telah menularkan virus positif kepada murid-murid. Tadi ada yang bercerita kalau baru dibelikan ibunya congklak karena tertarik dengan  permainan tersebut. Selain buku bacaan, saya memang menyiadakan beberapa permainan seperti congklak dan puzzle. Permainan tersebut untuk mengisi waktu istirahat di sela-sela jam belajar agar mereka tidak jenuh. Awalnya mereka tidak tahu permainan congklak. Saya pun mengajari. Dan ada juga yang tertarik untuk memainkannya di rumah. Senang bisa memberikan manfaat positif, terutama untuk generasi muda. 


Yippee!!!
rOMa Pakpahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)