1 Feb 2016

Selembar Uang Lima Puluh Ribu



Hari ini Bobi tiba lebih pagi dari teman-temannya. Di kelas, Bobi menemukan selembar uang lima puluh ribu tergeletak di lantai. Bobi terdiam memandangi uang itu. Bobi ragu-ragu untuk mengambilnya. Namun tidak ada orang lain di ruangan itu.
“Bobi, ambil saja uang itu untukmu,” kata suara hati Bobi.
“Jangan Bobi. Berikan kepada guru. Pasti pemilik uang itu sedang kebingungan mencarinya,” kata suara hati Bobi yang lain.
Bobi semakin bingung. Mana yang harus diikutinya.
“Ayo Bobi ambil saja. Bukannya kamu ingin membeli mobilan baru?” kembali suara hati Bobi membujuk.
Bobi akhirnya tergoda untuk mengambil uang itu.
“Aku tidak mencuri, tetapi menemukannya. Asyik. Akhirnya bisa beli mobilan baru. Dari pada menunggu mama gajian, kelamaan,” gumam Bobi sambil memasukkan uang itu ke saku celana.
Teman-teman mulai berdatangan, Bobi berusaha bersikap biasa saja. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Saat pelajaran sedang berlangsung, tiba-tiba Rini muncul di kelas dengan wajah sedih dan napas tersengal-sengal.
“Permisi. Maaf pak saya datang terlambat,” kata Rini dengan gugup.
“Tidak biasanya kamu terlambat. Apa yang terjadi?” tanya pak guru.
Rini bercerita bahwa ia kehilangan uang. Padahal uang itu untuk membayar uang sekolah. Sebenarnya mama sudah memberikan sejak kemarin, tapi Rini lupa untuk membayarkannya. Tadi pagi Rini baru ingat dan saat memeriksa, uang itu berkurang jumlahnya. Rini terlambat karena membongkar isi kamarnya untuk mencari uang itu.
“Coba kamu ingat lagi dimana kamu meletakkannya?” tanya pak guru.
“Di dalam tas, diantara buku-buku. Tapi tidak ada juga tadi sudah saya periksa dengan teliti.”
“Mungkin kamu telah memakainya untuk membeli sesuatu dan kamu lupa?”
“Tidak, pak.”
“Orang tuamu sudah mengatahuinya?”
“Sudah. Tapi mama meminta saya untuk mencarinya. Kalau tidak ketemu, saya terpaksa menggunakan uang tabungan untuk menggantinya. Karena ini kesalahan saya, tidak segera membayarkannya,” suara Rini terdengar sedih.
“Berapa jumlahnya?”
“Lima puluh ribu, pak”
“Anak-anak apakah ada diantara kalian yang menemukan uang Rini yang hilang?”
Semua anak serentak menggelengkan kepala. Termasuk Bobi!
“Jika ada diantara kalian yang menemukan, beritahu bapak,” kata pak guru. Pelajaran dilanjutkan kembali.
Wajah Bobi berubah pucat pasi. Jantungnya berdegup kencang. Ada perasaan takut. Bobi ingin mengembalikan uang itu. Tapi…
“Tenang, Bobi. Belum tentu itu uang milik Rini. Mungkin hanya kebetulan saja,” suara hati Bobi berkata untuk menenangkan.
“Bobi uang itu pasti milik Rini. Ayo segera kembalikan. Kasihan Rini” kata suara hati Bobi yang lain.
“Ingat Bobi, dengan uang itu kamu dapat membeli mobilan yang selama ini kamu inginkan” kata suara hati Bobi lagi membujuknya agar tidak mengembalikan uang itu.
Bobi jadi tidak konsentrasi mengikuti pelajaran.  

“Wajah kamu pucat. Sakit?” tanya Budi saat di kantin.
“Tidak. Aku baik-baik saja,” jawab Bobi setenang mungkin.
“Syukurlah. Tapi kalau sakit, lebih baik istirahat di UKS saja,” saran Budi.
Hingga saat pulang sekolah perasaan Bobi masih diliputi ketakutan. Hatinya tak tenang. Ketika bel tanda pulang sekolah berbunyi, Bobi bergegas keluar kelas. Bobi ingin segera pergi ke toko mainan.
“Kalau uangnya aku belikan mainan pasti tidak ada yang tahu,” gumam Bobi.
Sesampainya di toko mainan, Bobi kecewa sekali. Ternyata mobilan yang ingin dibelinya sudah terjual. Toko itu tidak memiliki stok mobilan yang sama. Bobi sudah memasuki beberapa toko yang menjual mainan. Tapi sia-sia.

“Kenapa lama sekali pulangnya?” tanya mama khawatir.
“Maaf, ma. Tadi ke rumah teman dulu. Belajar kelompok,” Bobi berbohong.
“Lain kali kalau pulang terlambat, beri kabar,” pesan mama.
”Iya, ma. Tadi dapat tugas kelompok dan dikumpulkan besok.”
”Kamu pasti sudah lapar. Ayo ganti baju setelah itu makan. Mama sudah siapkan di meja.”
”Syukurlah mama tidak curiga,” gumamnya.
Bobi beranjak ke kamarnya dengan lesu. Saat membuka pintu kamar, di meja belajar ada sesuatu yang menarik perhatian Bobi. Mobilan yang diinginkannya!
“Ma, ini mobilan untuk Bobi?” tanya Bobi girang dengan berlari menghampiri mama yang sedang menyiram bunga-bunga koleksi mama.
“Iya, sayang. Maaf sudah membuat kamu menunggu.”
“Makasih, ma” kata Bobi memeluk mama.
“Nah sekarang ganti baju dulu. Setelah itu makan.”

Bobi sedang mengerjakan PR, saat mama masuk ke kamar.
“Mama boleh bicara sebentar?” tanya mama.
“Ada apa, ma?” tanya Bobi bingung.
“Mama lihat sepanjang hari ini, kamu lebih banyak diam. Ada sesuatu yang terjadi di sekolah?” tanya mama.
Bobi menggeleng. Astaga. Tiba-tiba Bobi teringat dengan dengan uang yang tadi pagi ditemukannya. Uang itu masih di saku celana. Pasti mama sudah menemukannya. Bobi berusaha menyembunyikan kepanikannya.
“Mama tadi menemukan uang ini di saku celanamu. Sepertinya mama, tidak pernah mama memberi uang sebanyak itu?” tanya mama.
Bobi takut dan bingung.
“Tidak perlu takut. Mama tidak marah jika kamu berkata jujur.“
Dengan terbata-bata Bobi menceritakan semuanya kepada mama.
“Bobi, mama kecewa dengan sikap kamu. Mama hanya meminta untuk bersabar. Tidak semua keinginan bisa didapatkan saat itu juga, nak. Karena ketidaksabaranmu itu, kamu telah mengambil sesuatu yang bukan milikmu”
“Maafkan Bobi, ma. Bobi janji kejadian ini tidak terulang lagi.”
“Mama harap kamu bisa memegang janjimu. Besok kembalikan uang ini kepada Rini dan jangan lupa meminta maaf.”
“Iya, mama” jawab Bobi lega.




#OneDayOnePost
#HariKeempatbelas
#ToplesAksara



Yippee!!!
rOMa Pakpahan
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)