31 Jan 2016

Janji Ranti



Ranti. Usianya saat ini 9 tahun. Seorang atlit renang. Ia menguasai gaya kupu-kupu. Ranti mulai diperkenalkan dengan dunia renang sejak usia 3 tahun. Ayah Ranti dulu adalah seorang atlit renang. Namun saat ini, ayah memilih fokus menjadi pelatih bagi Ranti saja. Ayah adalah pelatih yang sangat disiplin.

Ranti telah beberapa kali menjuarai perlombaan renang. Tak terhitung medali yang telah diperolehnya. Dua minggu yang lalu, Ranti menjuarai lomba renang tingkat propinsi. Kemenangan itu, membawa kesempatan pada Ranti untuk turut serta dalam  lomba di tingkat nasional. Terselip rasa bangga ayah dan bunda atas prestasi Ranti.
Namun mendekati hari perlombaan, semangat Ranti justru semakin menurun. Tak henti, ayah mengingatkan dan memberi semangat agar Ranti giat berlatih.
“Aku capek, yah. Setiap hari selalu latihan dan latihan,” keluh Ranti.
Hari perlombaan semakin dekat, nak,” nasihat ayah.
“Tapi, yah. Selama ini, aku selalu berhasil menjadi juara,” bantah Ranti.
“Ayah tahu. Tapi bukan berarti kamu boleh berhenti berlatih. Kemampuanmu harus terus diasah.”
“Ranti juga ingin seperti teman-teman lain yang memiliki banyak waktu bermain, yah.” Suara Ranti bergetar. Ia menahan air mata yang hampir menetes dari pelupuk matanya. Tampak kesedihan terlukis di wajah mungil Ranti.
“Baiklah. Tiga hari ini tidak perlu ada latihan,” kata ayah.
“Libur latihan tiga hari?” tanya Ranti girang. Wajahnya kini tampak ceria.
“Tapi ayah harap setelah itu, kamu harus kembali semangat,” ucap ayah tegas.
“ Terima kasih, yah.”
Ranti memeluk ayah dengan erat.

***

Pulang sekolah siang itu, Ranti berjalan dengan riang. Langkahnya terasa ringan.
“Aku senang sekali. Akhirnya ayah mengijinkanku libur latihan renang.” Ranti bercerita pada Meri.
Meri adalah sahabat Ranti sejak TK. Sebagai sahabat, Meri begitu baik. Dengan sabar mendengarkan keluh kesah Ranti. Terutama tentang kekesalannya karena setiap hari harus berlatih renang. Tidak hanya sesekali Meri mendengarkan keluhan Ranti. Bahkan hampir setiap pulang sekolah. Seperti ayah, Meri selalu menyemangatinya. Ranti sangat menyayangi Meri.

Minggu siang, Ratih menemani Meri berkunjung ke rumah kakeknya. Ranti dengan senang hati menerima ajakan Meri. Rumah kakek tidak terlalu jauh. Hanya dengan satu kali naik angkutan umum saja. Mereka membawa oleh-oleh jeruk. Buah kesukaan kakek.
“Selamat siang. Apa kabar, kek?” sapa Ranti sopan.
Kakek mengamati Ranti sejenak, berusaha mengingat.
“Ranti?” tanya kakek.
“Iya. Senang, deh. Kakek masih ingat. Padahal, sudah cukup lama Ranti tidak mampir,” ujar Ranti girang.
Kakek jago mendongeng. Banyak penghargaan yang telah diterima kakek. Bahkan di salah satu sisi tembok ruang tamu, terdapat foto kakek bersama mendiang pak Raden. Seorang tokoh dongeng Indonesia. Kakek begitu mengidolakan pak Raden.
Oiya, kakek selalu ada cerita-cerita seru untuk Meri dan Ranti. Kakek pandai menirukan berbagai macam suara binatang. Kakek juga ahli mengubah suara. Tokoh-tokoh dalam cerita pun seakan benar-benar hidup. Ranti selalu terpukau dibuatnya.
“Wow. Kakek hebat,” puji Ranti tulus.
“Kakek bisa seperti ini karena rajin berlatih. Sejak kecil kakek gemar membaca. Buku yang kakek baca kebanyakan cerita rakyat dan legenda. Dari membaca buku-buku tersebut, kakek mendapat ide cerita untuk mendongeng. Setiap hari kakek berlatih. Bahkan hingga saat ini,” kakek menjelaskan.
“Sampai saat ini kakek masih terus berlatih?” tanya Ranti kagum.
Kakek tersenyum,”Belajar itu tidak ada kata tamat. Pak Raden yang sudah sangat hebat saja masih terus berlatih. Begitu pula dengan kakek. Saat ingin mendalami suatu bidang tertentu, jangan menjadikannya sebagai beban. Tetapi terus belajar, belajar dan belajar. Agar kemampuan semakin berkembang,” terang kakek.
Ranti merasa malu pada dirinya. Kakek yang sudah tua, masih saja semangat berlatih mendongeng. Dalam hati, Ranti berjanji akan lebih giat lagi berlatih renang.



#OneDayOnePost
#HariKeduabelas
#ToplesAksara



Yippee!!!
rOMa Pakpahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)