5 Feb 2017

[REVIEW KULINER] Terdampar di Ayam Penyet Cinde Laras Rantau Prapat

Bangunan didominasi warna kuning ceria :)


Terdampar. Lebay bingit ya judulnya^^

Jumat siang lalu (3 Februari), tanpa ada rencana sebelumnya, kami berempat, Abang, Kakak, Hara dan saya memutuskan untuk pergi ke Rantau Prapat. Tujuannya hanya untuk sekedar jalan-jalan sembari kulineran, supaya dibilang kekinian gitu deh. Kebetulan saya juga belum pernah menginjakkan kaki di kota tersebut.

Kami menempuh perjalanan kurang lebih dua jam dengan mengendarai mobil. Memasuki kota Rantau Prapat, perut mulai terasa lapar. Dari rumah, memang kami sengaja tidak makan. Kan ceritanya mau kulineran. Kami pun memutuskan untuk mencari tempat untuk mengisi perut kosong sebelum melanjutkan keliling-keliling kota Rantau Prapat.

Kami perlahan menyusuri jalan sambil fokus mencari tempat makan. Hanya saya dan kakak saja, loh ya. Abang yang sedang menyetir, tetap fokus dengan jalan yang ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Dan tiba-tiba mata kakak tertuju pada Ayam Penyet Cinde Laras yang terletak di jalan Sisingamangaraja No. 98 Rantau Prapat.

Restoran Cinde Laras didominasi warna kuning. Fyi, warna kuning bisa memberi efek psikologi terhadap nafsu makan. Mungkin pemiliknya menggunakan teori ini. Ternyata tidak hanya di Rantau Prapat, restoran ini telah berdiri sebelumnya di kota Medan dan Pematang Siantar.

Restoran ini memiliki area parkir yang cukup luas sehingga mampu menampung banyak kendaraan pengunjung yang akan mampir untuk mencicipi hidangan yang tersedia. Ketika memasuki pelataran parkir, dengan mudah kami menemukan tempat. Pihak manajemen Cendi Laras sepertinya begitu memperhatikan kenyamanan pengunjung. Terkadang orang-orang malas untuk datang ke suatu tempat karena kesulitan untuk mencari tempat parkir.

Area parkir yang luas membuat nyaman para pengunjung.

Ketika masuk, kami disambut dengan senyum ramah dari kakak-kakak waitress dan abang-abang waiter yang berdiri di pintu masuk. Tidak hanya areal parkir saja yang luas. Ruang yang ada di restoran juga luas. Interiornya didominasi dengan aksen natural. Dinding dilapisi bahan kayu. Kursi berbahan rotan semakin menambah kesan alaminya. Suasana ruangannya (sedikit) gelap. Padahal terdapat deretan beberapa lampu hias gantung. Tetapi tidak ada satu pun yang dinyalakan. Saya tidak tahu disengaja atau tidak.   

Bagi pengunjung disediakan pilihan untuk makan di luar maupun di dalam ruang. Tergantung selera masing-masing pengunjung saja.

Kami memilih makan di dalam dengan meja yang cukup luas agar Hara bisa dibaringkan sejenak di meja. Perjalanan dua jam, tentu cukup melelahkan bagi seorang bayi berumur 3 bulan. Seorang kakak waitress datang menghampiri meja kami dan membawakan buku menu. Meski namanya ayam penyet, menunya tidak hanya ayam penyet saja. Ada juga lele penyet, nasi goreng, asam manis. Maafkeun, hanya tiga menu itu saja yang masih nyantol di otak. Abang memesan lele penyet, kakak dan saya memesan ayam penyet.

Sambil menunggu menu pesanan datang, saya mengitari ruangan karena tertarik dengan quotes dan foto-foto yang terdapat di dinding restoran ini. Tak perlu menunggu lama, pesanan kami pun datang. Syukurlah, karena perut ini semakin terasa lapar. 


Quote yang paling bawah, gue bingits. Hahahaha^^
    
Menu pesanan kami pun datang. Satu porsi lele penyet plus segelas es teler untuk abang. Seporsi ayam penyet dan milkshake cokelat untuk kakak. Sedangkan saya seporsi ayam penyet ditambah segelas es teler. Dan sebotol susu putih for baby girl Hara (special served by her mommy^^).

Ayam penyet merupakan menu andalan restoran Cinde Laras.

Sebelum menyantap makanan dan minuman yang terhidang di depan saya, foto-foto dulu dong. Berhubung abang terlihat sudah lapar, si lele penyetnya tidak bisa ikutan narsis deh. Hahahahaha.                  
Saat kami sedang fokus menikmati hidangan masing-masing, tiba-tiba mr. fly muncul, seakan tidak mau ketinggalan untuk bergabung. Uuuh. Kehadiran mr. fly yang berkali-kali itu cukup mengganggu suasana. Semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi, ya.

Ayam penyet dihidangkan bersama urap, ikan asin, tempe goreng dan tidak ketinggalan sambel yang cukup banyak. Bagi pecinta rasa pedas, pasti cocok, nih. Kebetulan saya kurang begitu suka pedas. Takaran sambal yang banyak tersebut serasi dengan tagline yang diusung restoran Cinde Laras, “orang cerdas suka pedas.” USayang untuk rasa ayam penyetnya terlalu asin di lidah saya


Tagline Restoran Ayam Penyet Cinde Laras "Orang Cerdas Suka Pedas"
 
Minuman es teler yang disajikan tidak sesuai dengan ekspektasi. Menurut saya kurang lengkap. Hanya terdapat kelapa muda, agar-agar, nangka saja. Dan terlalu banyak es batunya.   

Harga cukup ramah di kantong. Kami bertiga habis 95 ribu rupiah. Perut kenyang tetapi kantong tetap aman.

Kakak-kakak waitress dan abang-abang waiternya ramah. Sehingga kita merasa nyaman.

Secara keseluruhan saya merasa puaas

Sekian pengalaman saya terdampar di Cinde Laras Rantau Prapat. Terima kasih abang dan kakak yang sudah mengajak jalan-jalan. Ditunggu ajakan berikutnya *ngarep*. Wkwkwkwk. 


PS: postingan pertama tentang review kuliner.

Salam,
~RP~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)