31 Agu 2016

Nostalgia (Lagi) Bersama Buku Paket Semasa Sekolah




Pada tahun 2016 ini, hampir menginjak usia 6 tahun saya membuka bimbingan belajar di rumah. Dan itu artinya sudah 6 tahun pula buku-buku paket menemani saya dalam mendampingi adik-adik peserta bimbingan belajar. Ya, saya begitu terbantu dengan adanya buku-buku paket tersebut yang menjadi acuan saya dalam mengajar. Saya bersyukur, selama 6 tahun ini, saya tidak perlu membeli buku berkali-kali, karena dari tahun ke tahun, buku yang digunakan selalu sama. Lumayan membantu mengurangi pengeluaran saya, nih. ^_^

Bicara tentang buku-buku paket, saya jadi teringat dengan buku-buku paket yang digunakan pada zaman saya sekolah dulu. Buku-buku itu saya dapatkan lungsuran dari kakak. Dan ketika saya naik kelas, buku paket tersebut belum bebas tugas. Masih harus menemani hari-hari kedua adik saya di sekolah. Terima kasih buku paket. Berkat kalian, saya, kakak dan kedua adik bisa menerima pelajaran dengan baik. Orang tua saya juga merasa terbantu, karena tidak harus mengeluarkan uang berkali-kali untuk membeli buku bagi keempat putrinya. Tidak terbayang kalau setiap anak harus membeli buku cetak baru setiap naik kelas. Berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk keperluan sekolah kami? Itu baru buku, belum alat tulis, seragam, sepatu, tas dan keperluan lainnya.
 
Tidak semua buku paket harus dibeli sendiri. Ada beberapa buku yang dibagikan oleh pihak sekolah. Namun karena buku-buku tersebut sudah diwariskan ke beberapa angkatan, tentu saja tampilannya kurang bagus. Bahkan saya pernah mendapatkan buku paket yang telah hilang beberapa lembar halamannya. Kalau sudah begini, rasanya cukup mengganggu. Tak jarang juga saya mendapatkan buku-buku yang sudah penuh coretan. Tapi namanya juga buku bersama. Padahal saat buku-buku paket dibagikan, guru sudah memberitahu agar menjaganya baik, dengan cara menyampulnya dan tidak mencorat-coret. Namun tetap saja ada orang-orang yang tak bertanggung jawab, karena merasa buku-buku tersebut bukan miliknya.

Lalu apa saja manfaat dari buku paket selain sebagai penunjang materi pelajaran.

Meringankan biaya pendidikan. Ya, karena orang tua tidak perlu membeli buku setiap tahun ajaran baru untuk masing-masing anak. Karena buku masih bisa digunakan secara turun temurun. Bahkan ada beberapa buku yang dibagikan oleh pihak sekolah.

Belajar berbagi. Bagi kita yang memiliki buku paket namun tidak lagi digunakan, buku-buku tersebut bisa diberikan kepada sepupu, tetangga atau disumbangkan ke perpustakaan sekolah. Dari pada disimpan di gudang, menjadi santapan tikus kenapa tidak kita berikan saja kepada yang lebih membutuhkan. Lebih bermanfaat, kan?

Belajar bertanggung jawab. Buku paket yang dibagikan, idealnya kita jaga dengan baik. Kita rawat selayaknya milik sendiri. Disampul rapi, tidak dicorat-coret dengan tulisan atau gambar dan memastikan tidak ada satu pun halaman buku yang hilang atau robek. Karena buku tersebut masih perlu digunakan oleh adik-adik kelas. Betapa sedihnya jika mereka mendapatkan warisan buku yang tidak layak lagi untuk dibaca. Bagaimana mereka mau bersemangat belajar jika bukunya saja sudah rusak, penuh coretan dan halamannya tidak lengkap. Belajar menjadi kurang nyaman, deh.

Mempererat tali silatuhrami. Ada tradisi di awal tahun ajaran baru mengunjungi saudara atau tetangga. Setelah ngobrol ngalor ngidul, barulah ke tujuan utamanya, yaitu menyampaikan keinginan untuk meminjam buku paket. Ada 2 keuntungan, lho. Dapat buku dan juga sekaligus mempererat tali persaudaraan. Seperti kata pepatah, sambil menyelam minum air. Hahaha. Kalau kamu apakah pernah mengalaminya juga?   

Nah, itu cerita tentang buku paket semasa saya sekolah dulu. Mungkin ada yang mau berbagi cerita? Silakan ^^



Salam Nostalgia,
~RP~

2 komentar:

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)