16 Jun 2016

Namanya Cantik, Guguk Kesayangan Kami



Dulu saya dan kedua adik saya (Dessy dan Tesa) mempunyai seekor anjing peliharaan. Seekor anjing betina. Saya ngga tahu persis, anjing jenis apa. Bulunya panjang terutama di bagian ekor. Jika dipanggil namaya, ia akan mengibaskan ekornya. Begitu lucu. Warnanya cokelat dengan sedikit sentuhan warna putih di bagian kepala. Cantik! Tepat sekali, Dessy (almarhum adik saya) memberinya nama Cantik. Saya ngga ingat sejak kapan memelihara Cantik. Tapi yang pasti Cantik telah menjadi bagian dari keluarga kami yang kebetulan sangat menyukai anjing peliharaan.

Ada kenangan menyedihkan sekaligus tak terlupakan. Kami membiarkan Cantik hidup bebas, sengaja tidak dirantai. Sehingga ia bisa berkelana sesuka hatinya. Cantik punya banyak teman, anjing milik tetangga dan bahkan anjing liar tak bertuan. Jika hari mulai sore, Cantik akan pulang tanpa kami perlu mencarinya. Sepertinya ia mengerti soal waktu. Ngga membuat tuannya khawatir. Nice dog! Walau keluyuran seharian, ia tetap ingat pulang. Mungkin juga karena sudah lapar. Suatu siang, Cantik pulang cepat. Ngga biasanya. Saya mendengar suara lolongannya. Terdengar lemah. Ada apa? Segera saya keluar untuk melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya saya. Mulut si Cantik berbusa dan tubuhnya begitu lemas. Saya panik. Sepertinya Cantik keracunan. Saya panggil ibu untuk menjaga Cantik. Sementara saya membuatkan susu sebagai penawar racun dan mencegah agar ngga menyebar ke tubuh Cantik. Itu yang saya tahu. Cantik tidak lagi berdaya untuk minum susu, saya lalu menyuapi dengan sendok. Cantik berusaha kuat untuk menelan.

Tak juga ada perubahan. Justru tubuhnya semakin lemah. Matanya memerah. Cantik berusaha untuk berdiri namun keempat kakinya tak mampu untuk menopang tubuhnya. Cantik terjatuh. Berkali-kali ia mencoba untuk berdiri, seakan ingin mengatakan, saya baik-baik saja. Namun apa daya. Tubuhnya begitu. Cantik terjatuh untuk ke sekian kalinya. Saya menangis. Sedih. Ngga tega melihat kondisinya yang begitu lemah.

“Coba buatin air gula,” saran ibu. Sama seperti saya, ada raut kepanikan pada wajah ibu.
Tanpa pikir panjang saya segera berlari ke dapur menyeduh air hangat dan gula pasir. Saya kembali menyuapi Cantik. Tetapi ia ngga sanggup lagi untuk membuka mulutnya. Sambil menangis, saya membuka mulutnya dan ibu menyendokkan air gula yang tadi saya seduh. Cantik tampak kesulitan untuk menelan. “Ayo semangat, Cantik,” kata saya disela tangisan. Mata Cantik tampak sayu dan ada air mata. Cantik menangis! Saya semakin sedih. Pasti Cantik sedang berusaha sekuat mungkin untuk menahan rasa sakit.

Hampir setengah jam, kami mencoba membantu Cantik. Tetapi belum juga menunjukkan kemajuan. Malah sebaliknya. Saya hampir menyerah. Tiba-tiba saya teringat sesuatu. Air kelapa! Ya, saya pernah mendengar air kelapa juga bisa menetralisir racun. Saya berlari ke warung yang terletak di belakang rumah. Saya beli sebutir kelapa.

“Bude, kelapa parutnya saya tinggal dulu. Lagi perlu banget air kelapanya,” ujar saya terburu-buru setelah terlebih dahulu membayar.

Sebenarnya jarak rumah dan warung cukup dekat. Tetapi terasa jauh. Dibantu ibu, saya menyendokkan air kelapa ke mulut Cantik yang semakin banyak mengeluarkan busa. Cantik berjuang untuk menelan air kelapa. Tak lupa saya berdoa. Memohon supaya Tuhan menyelamatkan Cantik. Rasanya belum siap kehilangan untuk anjing kesayangan kami.

Perlahan ada perubahan. Cantik muntah. Mungkin pengaruh dari air kelapa. Racunnya keluar. Cantik berusaha berdiri. Masih lemah tetapi ia ngga jatuh seperti tadi. Thanks, God. Saya menangis dan memeluk Cantik. Tapi kali ini tangisan haru. Cantik berhasil melawan racun yang masuk ke tubuhnya. Lega rasanya.

Saya biarkan Cantik tertidur. Lelap. Sesekali saya intip, memastikan Cantik baik-baik saja. Sore hari, Cantik mau menghabiskan makanan di piring makannya. Senang bisa melihat kembali keceriaan di wajah Cantik.

Itu kejadian yang beberapa tahun yang lalu. Saat ini saya masih mengingatnya. Sengaja saya tuliskan di sini.  Supaya kejadian itu tetap bisa saya kenang. Jika suatu saat nanti saya ngga mampu lagi untuk mengingatnya.

3 Juli 2013, foto terakhir Cantik setelah melahirkan ketiga anak anjing yang lucu-lucu.

Beberapa tahun sejak kejadian itu. Cantik pergi dan ngga pernah pulang. Saya selalu menunggu kepulangannya hingga hari ini. Semoga Cantik baik-baik saja di luar sana. Kami sayang Cantik. Kami rindu Cantik. 


Liwa, 16 Juni 2016

2 komentar:

  1. Mbak Roma membuat saya meneteskan air mata. Teringat pada my lovely dog, BOY.
    Binatang piaraan semasa kecil saya itu meregang nyawa setelah pulang dengan luka bacok disepanjang wajah dan mulutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ih serem. Tega benget. Jadi ikutan sedih saya. Tapi si Boy hebat,ya. Tetap bisa bertahan sampai ke rumah padahal lukanya parah. Sepertinya Cantik juga mengalami hal yang sama. Karena saya pernah mendengar selentingan ada tetangga yang ngga suka dengan anjing. Padahal setau saya, Cantik ngga pernah mengganggu orang.

      Hapus

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)