22 Feb 2016

Inikah Cinta?


www.romapakpahan.blogspot.co.id
Sabtu sore itu, di sebuah kafe. Hujan di luar seakan tidak ingin pergi. Deras. Suara petir terdengar bersahutan mengiringi tetesan hujan yang membasahi bumi. Stella terkurung, tanpa mampu berbuat apa-apa. Hanya ditemani sebuah novel dan secangkir Cappucino hangat. “Andai saja tadi aku tak lupa membawa payung.’’ Stella menggerutu dan mengutuki diri sendiri. Matanya menyisir seluruh ruangan kafe. Dari sekian pengunjung, hanya dirinya yang duduk sendirian. Kesepian.

“Selamat sore. Sendirian aja? Boleh saya duduk di sini?” sapa seorang laki-laki. Stella terkejut. Hampir saja ia menjatuhkan novel yang dibacanya.
“Selamat sore. Sendirian aja? Boleh saya duduk di sini? Laki-laki itu mengulangi pertanyaan.
Stella menatap lekat dan hanya menganguk perlahan. Keduanya berkenalan. Laki-laki  itu bernama Awang. Tak lama kemudian, mereka telah tenggelam dalam obrolan santai. Tak biasanya Stella dapat dengan mudah menerima kehadiran laki-laki asing.  
Hujan mulai reda. “Maaf, saya harus segera pulang. Makasih, Wang.” Stella tampak tergesa-gesa.

“Ke mana saja kamu? tanya mama ketus saat Stella melewati ruang keluarga.
“Ma, aku ini udah 24 tahun. Bukan anak kecil lagi,” jawab Stella tak kalah ketus. Ia mempercepat langkahnya menghindari ceramah mama. Di kamar, ia menghempaskan tubuh mungilnya ke kasur. Hanya di ruang pribadinya ini, Stella merasa nyaman. Mama over protective tanpa alasan jelas. Tak pantas lagi untuk usia Stella saat ini. Ia merasa jengkel dengan sikap mama.

Stella memejamkan mata dan muncul bayangan wajah tampan milik Awang. Laki-laki yang baru saja dikenalnya. Namun laki-laki itu mampu membuat Stella tertawa lepas. Ada desiran aneh dirasakannya. Inikah yang dinamakan cinta? Stella berusaha menepis rasa itu. Menyimpannya jauh-jauh.

Sebulan berlalu sejak pertemuan singkat di kafe.

Stella dan Awang dipertemukan kembali di sebuah toko buku. Ternyata keduanya memiliki kesamaan tema bahan bacaan. Obrolan kali ini pun tak kalah seru. Di sela obrolan, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki berumur sekitar 4 tahun. Menggelayut manja. “Pa, kita pulang, yuk,” ajak anak itu sambil menarik tangan Awang. Demi mendengarnya, Stella seperti tersambar petir di siang bolong. Bunga-bunga cinta itu layu sebelum sempat berkembang.   
           



Yippee!!!
rOMa Pakpahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)