4 Des 2015

SEPOTONG KASIH

www.chocolover-kitchen.blogspot.com


Di sebuah ruangan bercat putih dan beraroma menyengat terbaring lemah seorang pria tua. Tak terhitung sudah kali ke sekian pria tua itu keluar masuk bangunan yang dinamakan rumah sakit ini. Dan sudah berapa liter air mata mengalir dari seorang wanita muda yang setia mendampingi pria tua itu berjuang melawan kesakitan. Di tubuh nan renta itu, bertengker kanker yang sewaktu-waktu mampu merenggut nyawanya. Laksana singa kelaparan yang siap menerkam mangsa.

Di suatu pagi nan indah. Sinar hangat mentari menyelinap malu-malu diantara celah tirai. Kecupan hangat di pipi membangunkan pria tua itu dari mimpinya.
"Selamat pagi, ayah" sapa wanita muda dengan senyuman tulus.
Pria tua itu hanya bisa membalas dengan tatapan sayu. Sebelum berangkat kerja, wanita muda itu dengan penuh kasih sayang menyuapi pria tua yang selalu disapanya dengan sebutan ayah.

Keadaan si pria tua berangsur membaik. Kejadian pagi demi pagi, tidak luput dari perhatian dokter yang merawat pria tua itu.
"Bapak sungguh beruntung memiliki seorang anak yang berbakti" ucap dokter haru.
"Saya pun berharap dia adalah salah satu dari anak-anak saya" jawab pria tua itu sedih.
"Maksud bapak?" tanya dokter ragu.

Pria tua pun bercerita.
"Sore itu, saya baru pulang kerja. Seperti biasa melewati sebuah taman. Saya mendengar suara orang menangis. Saya pun mencari dari mana asal suara itu. Saya mendapati seorang gadis kecil sedang menangis. Usia gadis kecil itu kira-kira sembilan tahun. Spontan saya memberikan cokelat yang ada di saku. Gadis kecil itu pun menghentikan tangisan dan menerima cokelat pemberian saya. Gadis itu hanya diam membisu. Tak sepatah kata pun terucap. Dia hanya menatap saya, seolah ingin mengucapkan terima kasih. Sejak kejadian itu, saya  tidak pernah lagi bertemu dengannya. Namun tiga tahun yang lalu, saya dikejutkan  dengan adanya sepucuk surat tanpa nama terselip di bawah pintu. Sebuah surat singkat yang bertuliskan, Bolehkah saya menemui anda? Dalam surat tersebut terselip kertas pembungkus cokelat. Awalnya saya bingung dan kemudian teringat kejadian di taman beberapa tahun silam. Gadis kecil itu, telah tumbuh menjadi wanita cantik dan baik hati. Sejak mengetahui bahwa kami hanya tinggal berdua saja. Setiap akhir pekan, ia selalu mengunjungi saya dan istri, memastikan kami dalam keadaan baik. Dia dengan penuh kasih mengisi hari tua kami. Kehadirannya membawa kehangatan di masa tua kami yang sepi. Saat saya menanyakan apa yang membuatnya melakukan semua ini. Dia mengatakan karena rasa manis cokelat yang tidak kunjung hilang. Saat peristiwa itu terjadi, si gadis kecil baru saja kehilangan ayah dan ibu akibat kecelakaan. Dia begitu terpukul. Dia menuturkan bahwa rasa manis cokelat yang membuatnya bangkit dari rasa pahit kehilangan dan senyuman tulus yang memberinya kekuatan."

Dari ilustrasi di atas, kita mendapat pelajaran berharga. Sekecil apapun kebaikan, apabila dilakukan dengan tulus akan memberi kekuatan besar bagi orang yang menerima.





Yippee!!!
rOMa Pakpahan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)