2 Sep 2016

Kenalan Dengan Female Solo Rider Tangguh



Gelar sarjana bukan satu-satunya sayap yang bisa membawamu menjelajah negeri - Asma Nadia -


Hai… ketemu lagi! Hohoho. Kayak sudah lama tidak ketemu ya ^^

Oya, mulai September ini, saya ingin berbagi cerita tentang sahabat-sahabat yang saya kagumi dan menginsipirasi. Saya akan posting setiap tanggal 2 setiap bulannya. Saya beri nama Seru NgObrol Bareng SahabAT atau disingkat SOBAT. Harapannya kawan-kawan yang membaca bisa terinspirasi juga. Semoga saya bisa konsisten, ya ^_^

Nah, untuk postingan perdana ini, saya akan memperkenalkan seorang wonder woman. Hobinya berpetualang dengan motor. Dan hebatnya, dilakukan sendiri a.k.a female solo rider. Kereeeen, kan? Kayaknya sudah pada penasaran. Meluncuuur! Brmmmm…

Tangguh, energik dan mandiri. Kesan itu yang saya tangkap ketika melihat sosok #SOBAT ini.

Kami pertama kali dipertemukan di sebuah komunitas menulis online, One Day One Post (ODOP). Dia mencuri perhatian saya. Utamanya lewat foto-foto yang di unggah melalui media sosial Facebook. Foto-foto kisah perjalanannya ke berbagai tempat hanya dengan mengendarai sepeda motor membuat saya kagum dan ingin mengenalnya lebih dekat. Dia adalah mbak Erni Purwitosari, biasa disapa mbak Denik.

SEJAK KECIL MENYUKAI PETUALANGAN

Kesukaan mbak Denik berpetualang dimulai sejak masih di bangku SD. Dulu suka keliling perkampungan dengan mengendarai sepeda. Mbak Denik begitu gembira jika menemukan jalan dan bertemu orang-orang baru di sepanjang penjelajahannya. Pengalaman tersebut diceritakan pada ibu dan teman-temannya. Lalu mbak Denik bersama teman-teman beramai-ramai menyusuri jalan baru hasil penemuannya itu.

Ketika SMP, mbak Denik semakin tertarik untuk berpetualang. Terutama sejak membaca buku Trio Detektif, Lima Sekawan dan pasukan Mau Tahu. Jiwa petualang merasa terpanggil untuk melakukan petualangan-petualangan seru seperti yang dibaca dari buku-buku tersebut. Tetap dengan sepeda namun jarak tempuhnya semakin jauh dan dilakukan seorang sendiri. Kenapa? Karena teman-teman yang mulai beranjak abege justru lebih memilih jalan-jalan di mall dari pada bersepeda menyusuri tempat-tempat baru. Kala itu, Mbak Denik yang tinggal di Tangerang, bersepeda menuju Jakarta, tujuannya mengunjungi taman dan perpustakaan.

Memasuki usia abege, mbak Denik tidak hanya suka berpetualang. Buku dan majalah juga menarik perhatiannya, terutama yang berhubungan dengan petualangan dan sejarah. Saat bacaan Lupus sedang populer, Mbak Denik lebih memilih membaca dan mengoleksi buku Balada Si Roy. Dalam hatinya tertanam sebuah keinginan agar kelak bisa bertemu Gol A Gong, sang penulis buku favoritnya itu. Mbak Denik begitu mengagumi sosok Gol A Gong. Dibalik kekurangan fisik, Gol A Gong tetap memiliki semangat luar biasa yang akhirnya bisa mengantarkan dirinya keliling Indonesia. Dan waktu pun mempertemukan mereka. Jiwa petualangan mbak Denik pun semakin bergejolak.

Balada Si Roy, salah satu buku karya Gol A Gong yang mendorong mbak Denik untuk melakukan petualangan ke berbagai tempat.


Mbak Denik bersama Asma Nadia, salah satu penulis favoritnya.

RESTU IBU

Petualangan yang sesungguhnya pun dimulai. Atas restu ibu, Mbak Denik mulai memberanikan diri untuk melakukan perjalanan-perjalanan jauh. Baginya restu ibu merupakan kunci utama keberanian dan kekuatannya. Doa sang ibu yang senantiasa mendampinginya selama melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Kenapa ibu berani melepas putrinya bepergian seorang diri? Karena beliau percaya. Dan mbak Denik selalu berusaha menjaga kepercayaan itu.

Ternyata ibu mbak Denik juga senang berpetualang. Ada kemungkinan jiwa petualang yang dimiliki mbak Denik diwariskan dari sang ibu. Beliau bahkan sangat mendukung keinginan mbak Denik. Ada satu kalimat beliau yang selalu terngiang sampai saat ini, “Pergilah! Mumpung masih sendiri. Kelak jika sudah berkeluarga belum tentu bisa. Datangilah tempat-tempat yang kamu inginkan. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Nanti malah tidak tahu mana-mana. Yang penting jangan lupa berdoa!" Ya, ibu mempunyai peranan penting dalam setiap petualangan-petualangannya. Beliau menjadi penyemangat untuk mewujudkan impian-impian mbak Denik selama ini.    


Berfoto saat dalam perjalanan ke Cirebon.

DITEMANI MOTOR

Petualangan yang awalnya dengan sepeda, di tahun 2008 pun beralih ke motor. Sabtu dan Minggu waktu yang tepat untuk menjelajah. Dari yang tadinya hanya sekitar Jakarta, perlahan memberanikan diri untuk ke tempat yang lebih jauh, seperti Puncak, Bandung, Serang, Banten, Anyer dan menyeberang ke Lampung! Wuih, kereeeen.

Tahun 2014, mbak Denik lagi-lagi mendapat restu ibu untuk melakukan perjalanan menuju Jawa Tengah. Mengunjungi saudara ibu. Perjalanan berjalan sukses. Lancar tanpa halangan berarti. Ya, berkat restu dan doa ibu, mbak Denik tidak merasa takut menghadapi apa pun sepanjang perjalanannya.

TEMPAT FAVORIT

Menurut mbak Denik semua tempat yang dikunjungi memberi kesan mendalam. Namun dari sekian banyak tempat itu, ada dua tempat yang terasa begitu istimewa. Mojokerto dan Wonosobo. Alasannya karena dirinya sudah lama memendam keinginan untuk menjejakkan kaki di Mojokerto, bumi Majapahit. Di Wonosobo, mbak Denik menjumpai pegunungan Dieng yang membuatnya takjub dan kagum. Dan dirinya sendiri hampir tidak percaya bisa motoran ke tempat-tempat itu.

Wonosobo, salah satu tempat istimewa yang pernah dikunjungi mbak Denik.


SAMPAI JUGA KE SURABAYA

Tahun 2016 ini, mencatat sejarah penting dalam perjalanan hidup mbak Denik. Untuk mengisi libur Lebaran yang masih panjang, mbak Denik menjelajah Surabaya dengan mengendarai motor dan tetap seorang diri. Bayangkan betapa jauhnya jarak tempuh yang dilaluinya dari Jakarta menuju Surabaya. Proud of you, mbak. Dibalik pencapaian luar biasa itu, terselip sedikit kesedihan. Ibu telah tiada, sehingga tidak bisa menyaksikan bagaimana putrinya berpetualang seorang diri menaklukkan segala rintangan dan berhasil menyelesaikan misi dengan sukses.

Dari obrolan dengan mbak Denik, saya mendapat pembelajaran bahwa kekurangan yang ada dalam diri bukan alasan bagi kita untuk mengubur mimpi. Setiap orang berhak untuk bermimpi. Tinggal bagaimana cara kita berjuang untuk meraihnya. Seperti mbak Denik, meski banyak orang mengganggap perempuan sebagai sosok lemah, mudah termehek-mehek. Tetapi ia bisa membuktikan bahwa perempuan juga bisa mandiri dan kuat.

Fisik boleh saja cacat. Asal jangan jiwa ini - Gol A Gong -
Ssst… walau motoran, mbak Denik tidak meninggalkan identitas seorang perempuan Indonesia. Tetap berkebaya. Makin salut dengan #Sobat yang satu ini.
   
Hobi berpetualang tidak menghalangi mbak Denik untuk melestarikan kebaya.

Sukses selalu mbak Denik ^_^


Salam Petualang,
~RP~

Sumber info dan foto:
Erni Purwitosari

5 komentar:

  1. Wow...jadi terharu. Terima kasih atas apresiasinya. Semoga menginspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2, mbak :)
      Semoga saya punya kesempatan untuk ikutan berpetualang bareng mbak Denik.

      Hapus
  2. Iya hebat Mb Denik...berpetualang naik motor..

    BalasHapus
  3. Iya hebat Mb Denik...berpetualang naik motor..

    BalasHapus

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)