16 Agu 2016

[REVIEW BUKU] TOTTO-CHAN: GADIS CILIK DI JENDELA



Beberapa waktu lalu, saya sedang merapikan koleksi buku-buku di kamar. Saya menemukan sebuah buku bersampul putih yang mulai tampak kekuningan. Dan pada halaman pertama bertuliskan tanggal pembelian, 24 Maret 2004. Hei, itu artinya buku ini udah berusia 12 tahun, lho. Penasaran buku apakah itu? Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela, karya Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini dituliskan untuk mengenang Sosaku Kobayashi, seorang kepala sekolah yang memiliki kecintaan yang begitu tinggi pada dunia pendidikan dan anak.

Saya jadi teringat sesuatu. Buku ini saya beli atas saran dari salah seorang dosen. Buku ini sekaligus menjadi buku pendukung dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Sebenarnya tidak diwajibkan untuk membeli. Diperbolehkan untuk meminjam di perpustakaan kampus. Tapi karena menurut saya isi buku ini sangat bagus. So, wajib untuk dimiliki.


Oh iya, buku ini tidak hanya baik dibaca oleh para guru, tetapi juga para orang tua. Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana peran orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak-anak.

Buku ini merupakan buku terjemahan. Namun karena bahasa yang digunakan ringan sehingga saya tetap bisa mengikuti jalan cerita dengan baik. Tidak terkesan kaku seperti buku terjemahan pada umumnya.  

Sepertinya udah pada tidak sabar ingin kenalan dengan Totto-chan? Yuhuuu mari kita mulai penjelajahan …

Judul buku    : Totto-chan Gadis Cilik di Jendela
Penulis                 : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
ISBN                        : 978-979-2202-34-2
Kategori               : Autobiografi

Mari menjelajah…

Sungguh aneh, baru kelas satu SD sudah dikeluarkan dari sekolah. (Totto-chan, hal. 12)

Tetsuko, gadis cilik berusia tujuh tahun. Semua orang menyapanya Tetsuko-chan (chan adalah bentuk sapaan akrab yang biasanya ditambahkan setelah nama orang). Tapi bagi si gadis cilik, nama itu tidak terdengar seperti Tetsuko-chan. Jadi setiap kali seseorang bertanya siapa namanya, ia akan menjawab “Totto-chan”. Ia mengira chan adalah bagian dari namanya. Totto-chan begitu suka berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Semua itu dilakukannya karena rasa ingin tahunya yang begitu besar. Dan suatu hari, tiba-tiba gadis cilik itu memanggil pemusik jalanan yang melewati sekolah. Dan rombongan pemusik, yang biasanya melewati sekolah tanpa suara, hari itu mereka memainkan musik keras-keras di depan murid-murid. Sesuatu yang membuat Totto-chan senang tapi bagi ibu gurunya menjengkelkan. Guru yang itu, hanya bisa menunggu dengan sabar sampai kegaduhan selesai.

“Putri Anda mengacaukan kelas saya. Saya terpaksa meminta Anda memindahkannya ke sekolah lain. Kesabaran saya benar-benar telah habis,” keluh ibu guru Totto-chan. “Saya bukan satu-satunya guru yang kesal. Guru di kelas sebelah juga merasa terganggu,” guru muda itu mendesah. Mama Totto-chan kaget sekali mendengar penjelasan tersebut.

Mama tidak memberitahu Totto-chan bahwa dirinya dikeluarkan dari sekolah. Ya, karena Totto-chan belum mengerti mengapa ia dianggap telah berbuat salah. Mama memutuskan akan memberitahu jika gadis cilik itu telah tumbuh dewasa.

Setelah mencari ke mana-mana, akhirnya mama menemukan sekolah Tomoe Gakuen. Sebuah sekolah yang begitu unik. Untuk ruang kelas, sekolah itu menggunakan gerbong kereta api yang sudah tidak terpakai lagi. Dan di sekolah itu, Totto-chan bertemu dengan Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi. Mr. Kobayashi mendirikan sekolah itu dengan tujuan membantu anak-anak didiknya untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang antara tubuh dan pikiran. Anak-anak diharapkan mampu mengembangkan kepribadian mereka secara alamiah, tanpa terlalu dipengaruhi orang dewasa.  

Sistem pendidikan yang diterapkan Mr. Kobayashi sungguh unik. Di Tomoe Gakuen, para murid boleh mengerjakan pelajaran sesuai urutan yang mereka sukai. Setiap murid diberi kebebasan untuk memilih pelajaran apa yang terlebih dahulu dilakukan. Ada yang memulai hari dengan belajar fisika, ada yang mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu, pokoknya sesuka mereka mereka. Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati bidang apa yang diminati anak-anak, termasuk cara berpikir dan karakter mereka. Tentu ini menjadi cara ideal bagi para guru untuk benar-benar mengenal murid-murid secara personal.

Sekolah Tomoe Gakuen selalu punya hal menarik. Demikian pula dalam hal makan. Kepala Sekolah meminta para orang tua untuk mengisi bekal makan siang putra putri mereka dengan “sesuatu dari laut dan sesuatu dari dari pegunungan.” Kepala Sekolah menggunakan ungkapan itu untuk menggambarkan makanan yang seimbang. “Sesuatu dari laut” artinya makanan dari laut, seperti udang dan berbagai jenis ikan. Sementara “sesuatu dari pegunungan” berarti makanan dari daratan, seperti sayur dan berbagai jenis daging. Acara makan siang menjadi sangat menyenangkan terutama bagi Totto-chan.

Selain itu, Kepala Sekolah selalu meminta para orang tua agar anak-anak mereka mengenakan pakaian paling usang  untuk bersekolah. Alasannya agar anak dapat bebas bermain sepuasnya tanpa perlu merasa takut pakaian mereka kotor kena lumpur atau robek.

Di sekolah dasar biasa, guru yang akan mengajarkan sesuatu kepada murid-murid harus mempunyai ijazah. Tetapi Mr. Kobayashi tidak peduli pada hal-hal formal seperti itu. Menurutnya, lebih baik anak-anak belajar sesuatu dengan langsung mengerjakannya. Suatu hari, Kepala Sekolah memperkenalkan seorang guru baru. Namun guru baru itu tidak terlihat seperti guru pada umumnya. Pria itu mengenakan kemeja lengan pendek, berkalung handuk, tidak mengenakan sepatu dan di kepalanya bertengger topi jerami yang sudah usang. Ya, pria itu hanya petani! Kepala Sekolah yang memintanya untuk mengajarkan pada anak-anak cara bercocok tanam di ladang. Totto-chan bersama teman-temannya belajar memahami keajaiban ketika mengamati bagaimana benih yang mereka tanam sendiri tumbuh menjadi tunas.

Keseruan-keseruan apa lagi yang ditemui Totto-chan di Sekolah Tomoe Gakuen? Dari pada semakin penasaran,  segera masukin buku Totto-chan dalam book wishlist kamu, ya.

Kalimat favorit…
       
“… jangan pernah membeda-bedakan orang lain.” (Totto-chan, hal. 154)

“… bacalah sebanyak-banyaknya.” (Totto-chan, hal. 163)

“… anak bisa belajar dengan mudah jika minat mereka sudah ditumbuhkan.” (Totto-chan, hal. 182)

Pesan…

Saya begitu kagum dengan cara Kepala Sekolah mendidik anak-anak di Sekolah Tomoe Gakuen. Mr. Kobayashi merupakan sosok pendidik yang memiliki kecintaan luar biasa kepada anak-anak. Kepala sekolah selalu bisa menyajikan sistem pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga membuat anak-anak selalu bersemangat untuk datang ke sekolah.  

Buku ini mengingatkan kepada para orang tua dan guru bahwa anak mendambakan dunia yang membuat mereka bisa merasa nyaman untuk bermain dan belajar. Jangan pernah untuk menuntut mereka untuk mengikuti kemauan kita. Karena mereka adalah anak kecil bukan miniatur orang dewasa. Perlakukan mereka sesuai dengan usia tumbuh kembangnya. Agar mereka kelak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

Tomoe saat ini sudah tak ada. Tapi sekolah ini akan terus hidup dalam imajinasi Anda ketika Anda membaca buku ini. (Totto-chan, hal. 260)


Salam ceria, 
~RP~

2 komentar:

  1. Keren buku ini. Sistem sekolah toto chan yang dikepalai oleh Tuan kobayashi bagus kalau dipraktekin sekolah SD di Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, mbak :)
      Sistem pendidikan yang gak kaku. Anak diberi kebebasan untuk memilih bidang apa yang mereka diminati.

      Hapus

terima kasih untuk beringan hati memberikan komentar :)